Wayang Kulit

Entah karna darah yang mengalir, atau emang selera...
Jika saat ini begitu mengelu-elukan yang namanya budaya Korea, yang katanya bagus, unik dan keren. Tapi bagiku Budayaku lah paling Top markosip...
Emang aku suka dengan drama korea, tapi bukankah aku tidak bilang cinta dan mengubah seleraku akan budayaku???
Tetap saja, ketika aku diminta memilih mendengarkan lagu korea yang rancak, atau mendngarkan campursari, dangdut dan karawitan, aku akan lebih menikmati lagu Korea hahahaha bukan.... bukan..., aku akan lebih memilih mematikan lagu korea dan serius menikmati klenengan atau indahnya dentuman gendang. Mereka lebih terdengar seksi dan erotis plus romantis. Begitu juga ketika saya harus memilih, menonton drama Korea atau ikut Bapakku nonton wayang kulit maka aku akan bergegas memakai jilbab dan nangkring diatas becak bersama bapak, meskipun malam sangat dingin.

Wayang kulit
Beberapa hari ini aku sangat suka dan kagum dengan wayang kulit. Meskipun aku sudah tidak tertarik dengan wayang kulit yang lurus pakemnya, dan monoton, kalo yang model begini, aku lebih suka nonton pas goro-goro. Suka saat Punakawan atau Limbuk muncul dengan banyolan kritik yang sangat nyentil.
Dan masih selera wayang kulit, saya lebih suka keluwesan Ki Enthus Susmono saat menggelar wayang. Antara Budaya, Agama dan Politik semua diramu tanpa meninggalkan cerita sebenarnya.
Kalo dikatakan Ki enthus adalah dalang perusak pakem dan mencemarkan cerita dengan banyolannya yang kadang menjurus ke saru. Bagiku tidak... itulah hidup, bukankah semua ada buruk dan baik? begitu juga wayang, menyajikan cerita yang baik dan buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya, bagaimana kita mengajarkan kepada putra-putri kita, mana yang baik mana yang buruk? bukankah hidup ahrus begitu? jika hanya lurus, kapan kita ingat Allah? kapan kita meminta pada Allah? atau jangan2 Allah hanya kita jadikan sesuatu yang ada namun tak Ada? hanya sebagai Tuhan, kita sembah dan sudah?

Wayang kulit, wayang golek atau wayang lainnya...
aku sangat suka ceritanya... mulai dari Dewa Ruci, bagaimana cara manusia menemukan dirinya dan Tuhannya. Bimo bungkus, mengajarkan kita akan kearifan, dan seperti Petruk dadi ratu, dimanapun posisi kita, asal kita menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, maka kedudukan kita bahkan lebih tinggi dari pemimpin yang tidak amanah. Jadi jangan malu menjadi biasa, sebab Allah tidak pernah menciptakan manusia dengan rasa biasa. Atau cerita lain-lain yang sebenarnya hikmah dibalik setiap hidup kita....

Yang jelas, ayo lestarikan budaya kita, bukan hanya Jawa, tapi juga budaya INDONESIA.
jangan politisasi budaya kami, biarkan kami tumbuh dengan arif dan bijak tanpa cerita memihak.
Biarkan Semar tetap luhur, Bagong tetap arif dan nyleneh juga biarkan Petruk Gareng dengan kehalusan budinya......


Sekar Widati Klonengan

0 komentar:



Posting Komentar

Mohon tinggalkan jejak-jejak cinta anda pada blog ini.
Makasih, Matursuwun!!!!!