(Cerpen) Melupa


“Aku akan melupakanmu.” Segampang itukah kamu mengatakannya. Tak berpikirkah kamu telah melukai hatiku. Begitu mudahnya kamu alkukan ini padaku. Kamu membalikkan badan, melenggang pergi, tak peduli betapa airmataku mengalir deras. Lirih aku memanggil namamu, kamu tak juga membalikkan badan..inikah caramu meninggalkanku atas nama mimpi? Betapa aku berusaha, tetap saja airmata ini selalu mengalir mengingatmu. Kamu adalah pria bterkejam yang pernah aku milikki dalam hidupku.
Hampir lima tahun. Sepertinya Indonesia memiliki musim gugur. Permadani kuning dari sang angsana membaur menusuk hidungku. Tetap saja aku tak melupakanmu, bahkan ketika mimpi kita sudah aku capai. Kau tahu, ditasku ada beberapa buku hasil jepretan tanganku. Bukan hanya negri ini yang mengakui, bahkan dunia memujiku untuk sesuatu yang kamu ajarkan padaku. Saying, kamu tak ada disampingku, saat dunia memamerkan keindahannya padaku. Bukankah kau sudah berjanji akan terus mendampingiku?
Ku hempaskan tubuh disofa diruang tengah. Betapa lelah tubuhku, meski kelelahan ini juga karna ingatanmu. Aku ingin berlari kearahmu, menunjukkan betapa suksesnya aku meski aku selalu menangis untukmu, bahkan setiap malam selama lima tahun ini. Penjaga rumahku menghadap, menyerahkan sepucuk surat bersampul biru, bertuliskan namamu, Hasada.
Airmataku kembali penuh, dadaku sesak. Setiap huruf yang kau tuliskan membuatku lebih marah. Bukan pada dirimu, tapi aku benci pada diriku. Selalu mengatakan mencintaimu, namun bahkan aku tak tahu beta menderitanya dirimu.
Inikah mimpimu? Apa benar ini mimpimu? Aku berteriak pada langit yang merenggutmu tanpa memberiku kesempatan mengucapkan selamat tinggal.
“Kenapa kau melaukan ini padaku? Tidak kejamkah kamu padaku? Bagaimana kamu bisa sebut ini cinta, jika kamu selalu beruat jahat padaku?!” tangisku pecah, semua seakan sia-sia, airmata dan penantian dendamku padamu.
***
Jihan, mimpi itu indah bukan? Apalagi jika semua mampu terwujud. Mimpiku adalah membuat dirimu menggapai mimpi kita. Karna kau tahu, aku tak kan bisa menggapainya.
Saat aku mengucapakan akan melupakanmu, kau tahu betapa sakitnya hati ini? Aku ingin berbalik ketika mendengar suaramu. Hampir aku berlari memelukmu, dan mengatakan tetaplah disisiku, disisa hidupku. Namun cintaku mengatakan, aku tak bisa melakukannya. Mimpimu jauh lebih penting dari hidupku.
Maaf, hanya kata inilah yang ingin kuucapkan. Andai aku bisa, aku akan berlutut dihadapanmu dan mengatakan maaf ribuan kali. Mengatakan maaf dari bibirku, memelukmu dan menikmati sukses mimpimu bersama. Namun aku tak berdaya Jihan. Tuhan menginginkanku, maka maaf jika aku tak bisa mendampingimu.
Maaf, karna telah membuatmu menangis
Maaf .

Hasada

0 komentar:



Posting Komentar

Mohon tinggalkan jejak-jejak cinta anda pada blog ini.
Makasih, Matursuwun!!!!!